Minggu, 31 Oktober 2010

metodologi studi islam

B. Pendekatan dan Metode Studi Islam
Pengertian Pendekatan
Pendekatan adalah bisa diartikan proses perbuatan, cara mendekati,atau usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Secara terminology, pendekatan merupakan serangkaian pendapat tentang hakikat belajar dan pengajaran. Jika dihubungkan dengan studi Islam, pendekatan berarti serangkaian pendapat atau asumsi tentang hakikat studi Islam dan pengajaran agama islam.
Pendekatan tidak terpisah dari tujuan, metode, dan teknik. Pendekatan memiliki peranan yang sangat penting dalam studi Islam karena terkait dengan pemahaman akan Islam itu sendiri.
Pendekatan ada beberapa macam.diantaranya: pendekatan historis, antropologis, sosiologis, holistic dll. Namun pada makalah ini hanya akan dipaparkan pendekatan secara filosofis , histories, semiotika, dan fenomologis
A. Pendekata Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang dan perilaku dari proses tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Pendekatan sejarah juga dipakai untuk meneliti dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan mitos dan kepercayaan agama-agama besar, seperti mitos atau cerita tentang Budha, Yesus, Musa dianalisa dengan memperhatikan muatan sejarahnya. Diasumsikan bahwa sebagai mitos untuk menunjuk pada peristiwa-peristiwa atau pribadi-pribadi dalam sejarah yang benar-benar eksis, sebab tanpa terdapat beberapa basis dalam sejarah, maka cerita-cerita itu tidak lain hanya akan bersifat fiksi atau khayal belaka.
Problem dasar dalam pedekatan sejarah adalah bahwa suatu penjelasan tentang sebuah agama yang hidup tidak akan pernah sempurna atau berakhir. Selalu ada hari esok yang bisa membawa perubahan dan usaha menunjukkan kembali agama keaslinya akan selalu bersifat rabaan.
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealisme alam yang yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Melalui pendekatan sejarah di temukan informasi tentang pendidikan islam yaitu terdapat sejumlah lembaga pendidikan islam yang pernah memainkan peranan dan sumbangan bagi pengembangan ajaran islam dan pemberdayaan umat. Sejumlah lembaga pendidikan tersebut antara lain rumah, seperti suffah,kuttab, masjid dan lain sebagainya.
Munculnya berbagai tempat tersebut memperlihatkan hal-hal seberikut:
1.Sejak kedatangan islam, umat islam tergerak hati, pikiran, dan perasaannya untuk memberikan perhatian yang besar terhadap penyelengaraan pendidikan.
2.Model lembaga pendidikan islam yang diadakan oleh umat islam adalah model lembaga pendidikan informal, nonformal dan formal.
3.Lembaga pendidikan yang di bagun umat islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.
4.Adanya lembaga-lembaga pendidikan tersebut menunjukkan adanya pendidikan yang berbasis masyarakat, gerakan wajib belajar dan pendidikan gratis.
5.Diketahui bahwa di kalangan umat islam telah terdapat sejumlah ulama’ yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan.
6..Diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau menejemen pendidikan, mulai dari yang amat sederhana seperti di masjid-masjid sampai kepada yang besar dan canggih seperti yang diselenggarakanpada madrasah-madrasah. Menejemen pendidikan yang diterapkan pada saat ini dapat dikategorikan masih sederhana karena masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan.
7.Diketahui tentang adanya pendanaan biaya pendidikan, selain bersumber dari pemerintah , wakaf, infak, sedekah dari orang dermawan dan lain sebagainya.
8.Diketahui adanya sumbangan yang diberikan dunia pendidikan dan pengajaran, baik yang bersifat informal, nonformal maupun formal dalam rangka menghasilkan para ulama’ yang berkiprah, tidak hanya dalam pemerintah tetapi juga dimasyarakat pada umumnya sesuai dengan bidang keahliannya sehingga membawa kemajuan.
9.Diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
Model dan strategi ilmu pendidikan islam dengan pendekatan sejarah telah dilakukan baik oleh sarjana muslim maupun nonmuslim.
Jika dilakukan analisis secara seksama terhadap hasil penelitian ilmu pendidikan islam dengan pendekatan sejarah dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut:
1.Permasalahan yang menjadi fokus kajian ternyata cukup variatif. Bertitik tolak pada pendekatan waktu, pendekatan aspek-aspek pendidikan tertentu, dari segi para tokoh yang berperan dalam kegiatan pendidikan, dari segi pertumbuhan dan perkembangan.
2.Berkaitan dengan metode yang digunakan. Dilihat dari segi bahan kajiannya ada yang bersifat riset kepustakaan dan riset lapangan; dari segi tujuan bersifat deskriptif, eskploratif dan uji teori; dari segi pendekatan analisnya mengunakan pendekatan analis sejarah; dan dari segi tujuan dan mafaatnya antara lain untuk menambah dan mengembangkan khazanah ilmu pendidikan islam, untuk selanjutnya digunakan bagi kepentingan peningkatan kualitas pendidikan islam.

B. Pendekatan Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti soaiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial
Menurut Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah, dkk (2006:62), Perkembangan antropologi secara umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan tanpa manusia. Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang datang dari Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral, wilayah antropologi hanya terbatas pada kajian terhadap fenomena yang muncul. Menurut Atho Mudzhar, (1998:15) ada lima fenomena agama yang dapat dikaji, yaitu:
1. Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4. Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi, karena kelima obyek tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusia.
C. Pendekatan Sosiologi
Semenjak kelahirannya, sosiologi concern dengan studi agama, meskipun perhatiannya terkadang menguat dan melemah. Karya-karya founding fathers sosiologi, termasuk Comte, Durkheim, Max dan Weber, sering mengacu pada wacana-wacana sosiologis atau studi perilaku dan sistem keyakinan keagamaan. Namun demikian, pada pertengahan abad 20, para sosiolog di Erofa atau Amerika Utara melihat bahwa agama memiliki signifikansi marginal dalam dunia sosial, dan sosiologi agama bergerak dalam garis tepi studi sosiologis.
Seiring dengan datangnya postmodernitas (high or modernity) dan bangkitnya agama dalam beragam konteks global, agama kembali memperoleh signifikansi sosiologis baik dalam masyarakat yang sedang berkembang maupun di Erofa dan Amerika Utara. Konsekuensinya studi sosiologi terhadap agama mulai keluar dari garis tepi disiplinnya dan memanifestasikan tumbuhnya minat pada mainstream sosiologis yang memfokuskan perhatiannya sekitar persoalan ekologi dan perwujudan, gerakan dan protes sosial, globalisasi, nasionalisme dan postmodernitas.
Observasi empiris terhadap masyarakat manusia akan melahirkan kajian rasional dan positivistik mengenai kehidupan sosial yang akan memberikan prinsip-prinsip pengorganisasian bagi ilmu kemasyarakatan. Dalam pandangan Comte,yang juga pendiri sosiologi, bentuk positivistik konsepsi sosiologis akan membawa konsekuensi hilangnya agama dan teologi sebagai model prilaku dan keyakinan dalam masyarakat modern.
Sedangkan Durkheim, dalam kajian sosiologinya memfokuskan agama pada aspek fungsi, di mana agama dilihatnya sebagai jembatan ketegangan dengan suku atau kelompok lain, karena agama seringkali melahirkan keteraturan sosial dan moral, mengikat anggota masyarakat dalam suatu proyeksi kebersamaan, sekumpulan nilai dan tujuan sosial bersama. Kondisi inilah yang memperkuat fanatisme kelompok sosial sehingga saat berhadapan dengan kelompok lain yang berbeda agama, akan sangat mudah memunculkan ketegangan antar kelompok.
Setelah Durkheim, pendekatan sosiologi terhadap agama mengalami perkembangan yang cukup signifikan, misalnya muncul para sosiolog yang bernama Talcott Parsons, Robert Bellah, Bryan Wilson, Karl Marx, Max Weber dan beberapa sosiolog lainnya yang cukup serius mengkaji agama dengan pendekatan sosiologi, kendatipun banyak diantaranya yang memperkuat paham sekuler.
Menurut M. Atho Mudzhar pendekatan sosiologi agama dapat mengambil beberapa tema atau obyek penelitian, seperti:
1. Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat.
2. Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat ter-hadap pemahaman ajaran atau konsep keagamaan.
3. Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat.
4. Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim.
5. Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat melemahkan atau menjunjung kehidupan beragama.
Setiap tema yang dikaji, setidaknya tetap relevan dengan teori sosiologi, baik teori fungsionalisme, konflik maupun interaksionalisme. Teori fungsionalisme dan konflik bekerja dengan cara analisis makro sosiologi yaitu memfokuskan perhatiannya pada struktur sosial. Adapun teori interaksionalisme dengan cara analisis mikro, yaitu lebih mem-fokuskan perhatiannya pada karakteristik personal dan interaksi yang terjalin antar individu.
Satu contoh penelitian yang menggunakan pendekatan sosiologi, seperti yang dijelaskan Atho Mudzhar tentang Mesjid dan Bakul Keramat: Konflik dan Integrasi dalam Masyarakat Bugis Amparita. Judul tersebut diteliti dengan menggunakan metode grounded research. Penelitian ini mempelajari bagaimana tiga kelompok keagamaan di mana orang-orang Islam, orang-orang Towano Tolitang, dan orang-orang Tolitang Benteng di desa Amparita Sulawesi Selatan, berinteraksi satu sama lain, kadang dalam bentuk konflik, terkadang kerjasama, dan terkadang juga dalam bentuk integrasi (pendekatan studi Islam 127-128).
Penelitian itu menemukan bahwa konflik antar ketiga kelompok itu bermula dari soal keagamaan, kemudian bertambah intens setelah dimasuki unsur politik. Setelah itu, berbagai pranata sosial seperti perkawinan, pendidikan agama, aturan makanan dan lainnya berfungsi melesatarikan konflik tersebut. Itulah di antara hasil penelitian agama yang menggunakan metodologi penelitian grounded research melalui pendekatan sosiologi.
Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut :
1). Pertama, dalam Alquran atau kitab-kitab hadis, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah. Menurut Ayatullah Khomaeni dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah yang dikutip Jalaluddin Rahmat, dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding seratus – untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
2). Kedua, bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
3). Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang dilakukan secara berjemaah dinilai lebih tinggi nilainya daripada shalat yang dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh derajat.
4). Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tembusannya) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
5). Kelima, dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

D. Pendekatan Holistik
Perkembangan ilmu adalah sebuah kemestian seiring bergulirnya dimensi waktu.
Hal tersebut meniscayakan lahirnya varian bidang keilmuan alias spesialisasi
yang memetakan satu ilmu dengan lainnya. Fenomena demikian juga berimplikasi besar terhadap objek kajian yang dibuahkan tiap bidang keilmuan yang tak ayal berseberangan satu sama lain.

Kondisi seperti itu merupakan buah dari dikotomi keilmuan yang telah mengklasik. Sedari dulu, dunia Islam dan dunia sains Barat telah bersentuhan dengan tradisi serupa sehingga memunculkan term ilmu agama dan non-agama. Distingsinya adalah ilmuan Islam hanya melakukan pemilahan dan tetap mengapresiasi keduanya, sedangkan tradisi sains Barat menisbikan ilmu agama dan menganakemaskan ilmu non-agama.

Persoalan dikotomi ini patut diselami lebih dalam agar mencerahkan pemahaman kita dalam melihat tradisi keilmuan Islam secara komprehensif

Menurut Syahrullah Iskandar ada beberapa masalah yang ditimbulkan oleh dualisme keilmuan,diantaranya yaitu: Satu, status ilmiah dan derajat ilmu agama dan non-agama yang terkelaskan secara sepihak. Jika berlarut, masalah ini akan menajam dan diskursif. Sistem pendidikan sekuler barat yang dikenal dalam dunia Islam melalui imperialisme menganggap ilmu-ilmu agama sekedar pseudo-ilmiah atau quasi-ilmiah, tak terbuktikan secara faktual karena menandaskan pada makna yang non-empiris. Sementara itu, fenomena-fenomena alam pasti memiliki relasi dengan kuasa Ilahi karena merupakan cerminan kreatifitas Tuhan. Dua, sumber ilmu yang dalam tradisi Islam mengakui empat sumber yang terpadu dan saling melengkapi, yaitu: indra, akal, hati, dan kitab suci. Hal ini berbeda dengan Barat yang karena membatasi objek kajiannya pada entitas-entitas fisik semata sehingga sumber ilmu juga terbatas pada indra-indra fisik, Tiga, objek-objek ilmu yang oleh sains Barat terbatas pada segala sesuatu yang dapat diobservasi sehingga persoalan seperti Tuhan dan malaikat tereliminasi dari daftar objek yang patut dikaji.

Cara pandang ilmu yang dikotomis, pada nantinya, akan menafikan dimensi etik dan menyeret ilmu-ilmu agama ke zona degradasi keilmuan. Oleh karena itu, mari kita mengetengahkan solusi dalam menghadapi beberapa problematika dikotomis yang yang sangat tidak baikbagikehidupan beragama. Kami menekankan bahwa upaya ke arah integrasi ilmu pengetahuan secara teoretis dan praktis mesti diupayakan hingga tingkat epistemologis melalui tiga macam integrasi, yakni: ontologis, klasifikasi ilmu, dan metodologis.

Menurut seorang dosen filsafat menegaskan bahwa keyakinan pada status ontologis atau eksistensi objek-objek ilmu pengetahuan akan menjadi basis ontologis dari epistemologi yang akan terbangun. Pernyataan tersebut menemukan momentum performatifnya ketika kita mengamati ilmuan-ilmuan Barat seperti Darwin, Sigmund Freud, Emile Durkheim, Karl Marx, Laplace, dan sebagainya yang 'menutup mata' terhadap eksistensi entitas-entitas metafisik. Lain halnya dengan ilmuan Muslim seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Suhrawardi, Mulla Shadra, dan selainnya yang memandang wujud (maujudat) metafisik sebagai entitas yang mesti dipadukan dengan entitas fisik sehingga meniscayakan pengkajian pada semua bidang yang terkait. Berkaitan dengan klasifikasi ilmu, kami berpijak pada klasifikasi ilmu teoretis ala al-Farabi yang mengelompokkan ilmu ke dalam tiga ilmu utama: metafisika, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Hemat nya, ketiga kelompok utama ilmu ini akan membentuk klasifikasi ilmu rasional yang integral, tanpa menganaktirikan salah satunya. Adapun klasifikasi ilmu-ilmu praktis, filsuf Muslim juga membaginya ke dalam tiga jenis, yaitu: etika, ekonomi, dan politik. Dalam hal metodologis, atensi ilmuan Barat terfokus pada metode observasi yang notabene menekankan potensi indra yang berorientasi fisik. Penekanan seperti ini bisa berdampak fatal karena observasi indra bisa saja meleset dan tak kuasa terhadap objek-objek metafisik. Untuk itu, potensi akal dan hati atau intuisi juga harus dilibatkan dalam pengkajian ilmiah.

Sabtu, 23 Oktober 2010

manakah anda ??

Wanita : Jujur, pengertian, dan apa adanya, namun tetap memberikan saran jika Anda berbuat salah
Cewek : Jual mahal, suka menuntut, suka ngetes cowok, dan ngambek kalo Anda berbuat salah

Wanita: Independen, tapi nggak mau bergantung dengan orang lain demi mempertahankan karier dan masa depan
Cewek: Lengket, terutama dengan cowok yang mapan, dengan berbagai alasan demi tuntutan zaman dan untuk masa depan yang cerah

Wanita: Selalu berusaha ceria di ketika bersama teman, keluarga atau pasangan
Cewek: Mood mudah berubah, tiba-tiba bete, marah atau ngambek, lalu tiba-tiba senang lagi sehingga sering membuat bingung

Wanita: Lebih senang di rumah, dan berbakti kepada orang tua
Cewek: Party dan Party ! pokoknya jangan sampai ketinggalan

Wanita: Alamiah, simple tapi tetep classy, juga bisa anggun di event tertentu
Cewek: Berlebihan, Menor, dan suka ikut dengan yang lagi nge-trend

Wanita : Bisa mengontrol diri, tegas, punya prinsip, dan konsekuen dalam mengambil tindakan setiap masalah
Cewek: Marah, tidak punya sikap, nangis berhari-hari, tidak tegas dan tidak tahu apa kemauannya sebenarnya, lalu curhat dengan teman kalau disakiti dan berjanji untuk tidak berhubungan dengan Anda, Namun, biasanya beberapa hari ke depan semuanya akan membaik dan dia sudah memaafkan Anda.

Wanita: Humoris dan bisa membuat semua orang senang sehingga Anda semakin menyayanginya
Cewek: Menuntut cowok agar bisa membuatnya tertawa, padahal susah sekali dibuat tertawa karena merasa nanti dikira gampangan

Wanita: Memimpikan seorang pria yang percaya diri, jujur, dan bisa menyayanginya apa adanya.
Cewek: Mimpi punya cowok seperti Keanu Reeves, perut six pack, mapan, kaya, siap antar jemput kapan aja, wajib meletakkannya di posisi no.1 melebihi segalanya.

Wanita: Dekat dengan orangtuanya dan dikenal baik oleh orangtua Anda
Cewek: Bahkan dengan orangtuanya sendiri tidak akrab

Wanita: Penyayang binatang, bisa masak dan mengurus rumah, bertutur kata keibuan
Cewek: Takut pada semua binatang, tidak punya sense of art dan childish (kekanak-kanakan)


Wanita : Bisa jaga diri dan alim
Cewek : Lebih manja, suka coba-coba, pergi dugem

Wanita : Suka bergaul dengan teman Anda dan memperkenalkan Anda kepada teman dekatnya
Cewek : Suka bergaul dengan semua cowok, tapi kalau Anda sebagai pacarnya, bergaul dengan satu cewek saja, bisa jadi cemburu buta

Wanita: Meminta Anda pamit dulu dengan orangtuanya dan memperkenalkan Anda sebelum pergi
Cewek: Membuat Anda duduk lama di ruang tamu sementara menunggunya berdandan

Wanita : Mengerti kesibukan Anda dan tidak mau menyusahkan
Cewek : Marah karena Anda menjemput telat dan tidak mau berbicara dengan Anda hingga Anda meminta beribu maaf

Wanita : Mengutarakan perasaan dengan tenang dan mendengarkan alasan Anda
Cewek: Maunya selalu diutamakan perasaannya tanpa memikirkan perasaan Anda

Wanita: Belajar bikin kue dua kali seminggu
Cewek: Ke Salon dua kali seminggu

Wanita: Paling suka nonton A Walk to Remember, Just Like Heaven, My Best Friends Wedding
Cewek: Suka nonton Princess Diary, Never been kissed, Bring it on

Wanita: Suka film The Matrix karena efek gambar yang menakjubkan
Cewek: Suka film The Matrix karena ada Keanu Reeves yang main

Wanita: Berpikir dan instropeksi diri setelah membaca ini
Cewek: Sakit hati dan mencari tahu siapa awalnya yang telah mengirim ARTIKEL ini.